Halo Teman-teman Bertemu lagi dengan
saya Braca Sundawa!
Masih Pada Semangat Belajarnya?
Oke Langsung Saja
Kali ini saya akan share tentang Kumpulan Cerita Fabel
Cekidot..............!
Rubah yang Tidak Memiliki Ekor
Seekor rubah yang terkena perangkap,
akhirnya bisa membebaskan diri dari perangkap. Tetapi sang Rubah terpaksa harus
mengorbankan dan kehilangan ekornya yang indah.
Untuk
waktu yang lama, ia menyembunyikan hal ini dari rubah yang lain, karena ia
sadar bahwa apabila rubah yang lain tahu, mereka pasti akan mengolok-olok dan
mentertawakan dirinya. Ia lalu memikirkan suatu rencana agar semua rubah yang
lain tidak memiliki ekor seperti dirinya sehingga ia tidak harus hidup tanpa
ekor sendirian.
Ia
lalu membuat pertemuan diantara para rubah, dan berkata bahwa dia akan
mengumumkan sesuatu yang sangat penting bagi golongan rubah.
Saat mereka telah berkumpul, sang
Rubah Tanpa Ekor kemudian memberikan pidato yang panjang tentang bagaimana
berbahayanya memiliki ekor bagi seekor rubah.
Salah
satu isi pidatonya adalah tentang seekor rubah yang tertangkap oleh anjing
pemburu hanya karena ekor rubahnya terjepit pada pagar. Pidato lainnya adalah
tentang seekor rubah yang tidak bisa berlari dengan kencang karena ekornya yang
berat. Lagipula, menurut sang Rubah Tanpa Ekor, manusia mengejar rubah karena
menginginkan ekor mereka. Dengan bukti-bukti betapa berbahayanya memiliki ekor,
sang Rubah Tanpa Ekor menyarankan semua rubah yang lain agar memotong ekor
mereka sendiri jika ingin selamat.
Saat
ia sudah selesai membawakan pidato, seekor rubah tua bangkit, dan berkata
sambil tersenyum:
"Tuan
Rubah, coba balikkan badan anda sebentar, dan kamu akan mendapatkan jawaban
dari kami."
Ketika Rubah Tanpa Ekor ini
berbalik, terdengarlah teriakan mengejek dan tawa yang keras dari rubah yang
lainnya, saat itulah Rubah Tanpa Ekor menyadari bahwa semua pidato, bujukan dan
tipu-daya nya agar rubah yang lain membuang ekornya, menjadi sia-sia.
PESAN
MORAL :
Jangan
dengarkan nasehat dari seseorang yang ingin menurunkan derajatmu ke tingkatan
derajatnya yang lebih rendah.
Tikus yang Rakus dan Musang
Seekor tikus yang lapar, menemukan sebuah keranjang yang
penuh dengan jagung. Ia lalu berusaha untuk masuk ke keranjang tersebut melalui
satu celah yang sangat sempit yang menutupi mulut keranjang. Jagung tersebut
begitu menggiurkan sehingga sang Tikus memaksa dirinya untuk masuk ke dalam
keranjang. Akhirnya dengan susah payah, sang Tikus berhasil masuk dan langsung
makan dengan rakusnya hingga perutnya menjadi sangat kenyang, dan bahkan membuat
badannya tiga kali lebih besar dibandingkan sebelum masuk ke dalam keranjang
tadi.
Akhirnya sang tikus merasa puas dan menarik dirinya yang
berat untuk keluar dari keranjang, tetapi hal yang bisa ia lakukan, hanyalah
mengeluarkan kepalanya dari celah sempit itu. Di sanalah ia mengerang-ngerang
dan mengeluh karena tidak bisa keluar.
Saat itulah seekor musang
lewat, dan ketika sang Musang melihat tikus tersebut, ia langsung mengerti
kejadian yang dialami oleh sang Tikus.
"Teman," kata sang Musang, "Saya mengerti
semua kejadian yang menimpa kamu. Kamu benar-benar kekenyangan sampai tidak
bisa keluar. Itulah hukuman bagi kamu. Kamu akan tetap tinggal di sana sampai
badanmu sekurus sebelum kamu masuk tadi - apabila kamu ingin keluar."
PESAN MORAL :
Keserakahan membawa nasib
buruk.
Ayam Jantan yang Cerdik dan Rubah yang Licik
Suatu senja saat matahari mulai
tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger. Sebelum
dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan berkokok
dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya
menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari
seekor rubah.
"Sudahkah
kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang
sangat menyenangkan dan bersemangat.
"Kabar apa?" tanya sang
Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh dan sedikit gugup,
karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.
"Keluargamu
dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan
perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari
sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi tidak
sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan dengan
gembira."
"Bagus sekali!" kata sang
Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini." Tapi sang
Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan
kedatangan sesuatu dari kejauhan.
"Apa
yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.
"Saya
melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik
ini dan -"
Tapi
sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam
dan mulai berlari menjauh.
"Tunggu,"
teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing
adalah teman-teman kamu juga!"
"Ya,"jawab
Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu,
saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."
Ayam
jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu
sayapnya dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat
licik.
PESAN MORAL :
Penipu akan mudah untuk
ditakut-takuti.
Keharuan Seekor Anjing
Pagi yang begitu patah dengan rasa si Anjing dalam
menanamkan hatinya pada kupu-kupu yang sedang menari-nari di taman saat si
Anjing menjaga rumah majikannya yang bernama pak Bolot. Keharuan si Anjing
datang di saat tarian kupu-kupu semakin indah dan semakin lucu.
Si Anjing mencoba untuk menirukan tarian kupu-kupu,
namun tidak dapat dicapainya. Anjing berkata.
“Kenapa aku tidak bisa seperti mereka., padahal kata pak Bolot aku cantik?” kata si Anjing kesal
“Percuma aku cantik kalau tidak dapat menari.” Si Anjing tetap mencoba menirukan kupu-kupu tetapi ia tetap tidak bisa.
Dengan keharuan itu si Anjing menangis. Si Kupu menangkap suara tangisan si Anjing, lalu mendekatinya.
“Anjing, kenapa kau menangis?” tanya si Kupu.
“Aku tidak bisa menari dan terbang sepertimu! Padahal kata majikanku aku sangat cantik.” Jawab si Anjing. Si Kupu mencoba menasehati si Anjing. Tidak lama kemudian turunlah hujan. Si Kupu bersama teman-temannya segera pergi mencari tempat berteduh.
“Kenapa aku tidak bisa seperti mereka., padahal kata pak Bolot aku cantik?” kata si Anjing kesal
“Percuma aku cantik kalau tidak dapat menari.” Si Anjing tetap mencoba menirukan kupu-kupu tetapi ia tetap tidak bisa.
Dengan keharuan itu si Anjing menangis. Si Kupu menangkap suara tangisan si Anjing, lalu mendekatinya.
“Anjing, kenapa kau menangis?” tanya si Kupu.
“Aku tidak bisa menari dan terbang sepertimu! Padahal kata majikanku aku sangat cantik.” Jawab si Anjing. Si Kupu mencoba menasehati si Anjing. Tidak lama kemudian turunlah hujan. Si Kupu bersama teman-temannya segera pergi mencari tempat berteduh.
Setelah beberapa hari. Si Anjing merusak taman di
sekitar rumah pak Bolot, agar si Kupu bersama teman-temannya tidak lagi dapat
menari-nari di taman. Setelah beberapa lama, datanglah si Kupu bersama
teman-temannya. Si Kupu melihat si Anjing yang sedang merusak taman menjadi
marah.
“Tunggu…, kenapa kamu merusak taman disini?” tanya si
Kupu
“Memangnya kenapa? Ini kan tama milik majikanku? Bukan milikmu?”
“Memang ini bukan tamanku! Tapi kau telah merusak tanaman yang tidak bersalah!” pertengkaran semakin ramai, namun sedikit mereda ketika pak Bolot datang dengan wajah marah karena melihat tamannya yang indah menjadi berantakan.
“Siapa yang telah merusak tamanku ini?” tanya pak Bolot. Si Anjing kemudian mengaku kalau ia yang merusak taman. Ia juga memberikan alasannya.
“Memangnya kenapa? Ini kan tama milik majikanku? Bukan milikmu?”
“Memang ini bukan tamanku! Tapi kau telah merusak tanaman yang tidak bersalah!” pertengkaran semakin ramai, namun sedikit mereda ketika pak Bolot datang dengan wajah marah karena melihat tamannya yang indah menjadi berantakan.
“Siapa yang telah merusak tamanku ini?” tanya pak Bolot. Si Anjing kemudian mengaku kalau ia yang merusak taman. Ia juga memberikan alasannya.
Ternyata si Anjing telah menganggap kalau kupu-kupu
telah mencuri madu yang ada pada bunga. Pak Bolot tersenyum, ia kemudian
menjelaskan bahwa kupu-kupu tidak mencuri madu. Pandai menari, terbang dan
menghisap madu adalah kodrat setiap kupu-kupu. Si Anjing kini sadar akan
kesalahannya. Ia segera minta maaf pada si Kupu dan teman-temannya, maupun pada
pak Bolot.
Patih Buaya Yang Korupsi
Di sebuah sungai, tinggallah sekelompok buaya yang
dipimpin oleh seorang raja yang arif bijaksana. Raja buaya selalu memikirkan
kehidupan rakyatnya, sehingga raja sangat disayangi dan dicintai rakyatnya.
Rakyat buaya pun hidup makmur dan tenteram. Pada musim penghujan, keadaan buaya
sedang menderita karena banjir melanda sungai. Rakyat buaya kebingungan dan
tidak tahu harus berbuat apa. Melihat rakyat buaya menderita, raja merasa harus
bertanggung jawab atas rakyatnya. Semakin hari raja semakin prihatin melihat
pemderitaan yang dialami rakyatnya. Akhirnya raja memutuskan untuk membagikan
makanan yang disimpannya untuk berjaga-jaga sewaktu musim hujan tiba. Dengan
segera raja mengutus kedua patihnya untuk membagikan makanan itu pada rakyatnya
secara adil. Kedua patih kepercayaan raja buaya dengan senang hati menerima
titah rajanya.
Kedua patih itu segera membagi-bagikan makanan seperti
apa yang diperintahkan raja. Namun pada waktu itu patih Karta melihat patih
Narta mengurangi setengah dari makanan yang akan dibagikan pada rakyat.
“Hai, Patih Narta. Kenapa kau memakan sebagian makanan yang seharusnya diberikan pada rakyat?” Namun rupanya patih Narta tidak mempedulikan larangan patih Karta. Ia bahkan mengatakan kalau patih Karta iri melihat keberhasilannya mendapat sebagian dari makanan rakyat.
“Hai, Patih Narta. Kenapa kau memakan sebagian makanan yang seharusnya diberikan pada rakyat?” Namun rupanya patih Narta tidak mempedulikan larangan patih Karta. Ia bahkan mengatakan kalau patih Karta iri melihat keberhasilannya mendapat sebagian dari makanan rakyat.
Dengan sabar patih Karta menasehati patih Narta. Namun
patih Narta justru mengejek nasehat patih Karta sehingga terjadilah adu mulut
antara keduanya.
“Apa hakmu melarangku berbuat sesuatu yang aku sukai?”
“Tapi ini makanan milik rakyat! Lihatlah di luar sana rakyat buaya sangat menderita. Mereka sedang kelaparan! Kalau kau terus begini, kau akan kulaporkan kepada raja, agar kau dihukum dengan setimpal!”
“Apa hakmu melarangku berbuat sesuatu yang aku sukai?”
“Tapi ini makanan milik rakyat! Lihatlah di luar sana rakyat buaya sangat menderita. Mereka sedang kelaparan! Kalau kau terus begini, kau akan kulaporkan kepada raja, agar kau dihukum dengan setimpal!”
Namun belum sempat Patih Karta melapor ke raja, Patih
Narta menyerangnya dari belakang. Di antara mereka terjadi perkelahian hebat.
Keduanya sama-sama kuat. Namun di mana pun kejahatan pasti kalah oleh
kebenaran. Begitu juga dengan patih Narta. Ia pun mati. Kematiannya bukan
karena serangan patih Karta, melainkan kepalanya membentur batu besar di tepi
sungai karena terlalu bernafsu menyerang Patih Karta.
Hari itu juga Patih Karta melaporkan kejadian itu pada
raja buaya. Ia juga menceritakan tingkah laku Patih Narta. Mendengar itu raja
buaya sangat bangga pada Patih Karta yang sangat setia padanya. Sejak itu
kehidupan rakyat buaya semakin aman dan tenteram karena dipimpin raja yang arif
dengan seorang patih yang sangat setia.
Harimau Yang Terjerumus
Di sebuah hutan, tinggallah binatang-binatang yang
kehidupannya aman dan tenteram. Tetapi sejak kedatangan harimau buas, sering
terjadi kerusuhan di hutan karena harimau itu sering mengacau. Namun ada satu
binatang yang berani menentang harimau, yaitu Pena si kucing jantan.
Sampai suatu hari, harimau yang biasa dipanggil Harim,
membuat keributan di rumah Pena. Pena yang melihat kalau Harim sedang mengacau
di rumahnya. Ia merasa sangat kasihan pada orang tuanya karena itu ia segera
mengambil tindakan. Pena berusaha mengalih kan perhatia Harim
“He..Harim, keluarlah, kalau kamu jantan kejarlah aku!”
Pena sengaja berkata dengan keras.
Mendengar teriakan Pena Harim merasa ditantang. Ia pun
segera keluar dari rumah Pena dan mulai mengejar Pena yang telah berlari cukup
jauh. Sedangkan itu Pena yang sedang dikejar Harim berusaha mencari ide untuk
membuat jera Harim. Tidak terasa mereka telah sampai di tengah hutan. Ketika
melihat sumur tua di tengah hutan, Pena pun mendapat ide. Ia sangat yakin kalau
harimau yang kelihatannya parkasa dan menakutkan belum tentu mempunyai otak
yang cemerlang.Pena segera berhenti ketika sampai di tepi sumur.
“Sekarang kamu mau kemana, ha?” kata Harim sambil
memamerkan giginya
“Tunggu dulu Harim! Kalau kau mau memangsaku, kau harus kalahkan dulu temanku yang hendak menantangmu. Dan temanku itu bersembunyi dalamsana.” Kata Pena sambil menunjuk pada sumur tua itu.
“Tunggu dulu Harim! Kalau kau mau memangsaku, kau harus kalahkan dulu temanku yang hendak menantangmu. Dan temanku itu bersembunyi dalamsana.” Kata Pena sambil menunjuk pada sumur tua itu.
Kemudian Harim mendekati sumur dan ia segera menunjukkan
giginya yang runcing. Tapi alangkah kagetnya Harim, karena hewan yang ada dalam
sumur itu mengikuti gerakannya dengan sangat mirip. Harim memamerkan cakarnya
yang tajam, tapi hewan itu juga menirukannya dengan persis. Kini Hari sangat
marah . tanpa berpikir panjang ia segera melompat masuk dalam sumur. Dan tidak
lama kemudian Harim telah mati.
Pena tersenyum puas karena dapat mengelabuhi Harim.
Sebenanya ia tidak tega. Tetapi itu adalah balasan yang setimpal atas
perbuatannya pada binatang penghuni hutan. Karena kecerdikannya itu, ia di
kenal sebagai hewan yang cerdik, pandai, cerdas dan pemberani.
Semut dan Lebah
Di
sebuah taman tinggallah seekor semut dan lebah. Mereka ingin sekali berebut
kemenangan. Pada pagi yang cerah ketika lebah sedang terbang ke sana-kemari,
dia baru menemukan ide untuk mempersiapkan kemenangan lomba dengan semut.
Lebah
berkata,”Hai, semut aku sudah punya ide. Bagaimana kalau kita berlomba mencari
madu yang ada di taman ini?”
Semut menjawab,”Oke, aku setuju.”
Semut menjawab,”Oke, aku setuju.”
Pada
waktu perlombaan dimulai, semut berbuat curang. Dia memanggil teman-temannya
untuk menempatkan dirinya masing-masing di beberapa pohon. Ketika lebah sudah
menemukan madu di sebuah pohon, dia sangat bahagia. Lebah merasa dirinya yang
paling hebat dan cerdik, tapi dia terkejut ketika melihat seekor semut sedang
menghisap madu di pohon itu. Lebah merasa dipermainkan.
Semut
berkata.”Hai, lebah kau sekarang kalah dalam perlombaan ini, akulah yang paling
hebat dan cerdik dari kamu, karena akulah yang lebih dulu menemukan madu di
pohon ini.” Walaupun lebah kalah, dia tidak mudah putus asa, dia terus
berjuang.
Pada
suatu hari, lebah terbang ke sana-kemari mencari makanan. Tapi ketika lebah terbang
di dekat sarang semut, dia mendengar dan melihat sekelompok semut sedang
membicarakan perlombaan dengan lebah dan berniat jahat untuk mengalahkan lebah.
Lebah baru tahu apa yang dilakukan semut dalam perlombaan ini.
Ketika
siang hari yang cerah, lebah membalas perbuatan kepada semut. Lebah memanggil
teman-temannya untuk menghancurkan sarang semut. Dengan tiba-tiba sekelompok
lebah menyerbu sekelompok semut. Akhirnya semut menyerah kepada lebah. Karena
semut takut kalau rahasianya akan terbongkar, dia berjanji tidak akan
mengulangi perbuatan semua ini. Semut sadar kalau selama ini dia telah berbuat
tidak baik kepada lebah, dia langsung meminta maaf. Lebah juga minta maaf dan
dia juga memaafkan semut. Akhirnya mereka berjanji akan selalu menjadi sahabat
yang baik dan setia.
Katak dan Siput
Di
sebuah sungai terdapat sekelompok katak yang sedang berenang. Salah satunya
bernama Kungkong. Kungkong mempunyai sifat baik hati. Suatu haru Kungkong
bertemu dengan Pori, siput yang hendak menyeberangi sungai. Padahal air sungai
sedang meluap.Kungkong pun berniat memberi bantuan.
“Hai
Pori, apakah kau membutuhkan bantuanku?”
“O…aku tidak membutuhkan bantuanmu!”jawab Pori.
“Maaf jika kau merasa tersinggung, Pori.”
“Tidak, aku tidak tersinggung. Aku hanya akan membuktika kalau aku bukan hewan lemah yang setiap saat perlu kau tolong!” jawab Pori sinis.
“O…aku tidak membutuhkan bantuanmu!”jawab Pori.
“Maaf jika kau merasa tersinggung, Pori.”
“Tidak, aku tidak tersinggung. Aku hanya akan membuktika kalau aku bukan hewan lemah yang setiap saat perlu kau tolong!” jawab Pori sinis.
Dengan
berjalan pelan-pelan, Pori mulai menunjukkan kehebatannya pada Kungkong. Namun
tanpa disangka, tubuh pori terseret arus sungai yang cukup besar. Pori
berteriak minta tolong
“Tolong,
tolong aku!” Kungkong yang telah pergi meninggalkan Pori mendengar teriakan
Pori. Sejenak ia terdiam sambil berusaha menangkap suara minta tolong yang
datang dari arah sungai. Kungkong berniat menolong, kemudian ia pun berlari
menuju sungai.
Namun
rupanya di tepi sungai sudah banyak hewan, termasuk teman-temannya. Kungkong
pun mengajak teman-temannya untuk menyelamatkan Pori.
“Untuk
apa kita menyelamatkan Pori yang sombong dan tidak tahu terima kasih itu?”
jawab teman-temannya.
Dengan tekad yang bulat, kungkong menyelam dalam sungai seorang diri. Ia berusaha mencari Pori yang ternyata ada di dekat bebatuan. Kungkong segera membawanya ke darat.
Dengan tekad yang bulat, kungkong menyelam dalam sungai seorang diri. Ia berusaha mencari Pori yang ternyata ada di dekat bebatuan. Kungkong segera membawanya ke darat.
Setelah
sadar dari pingsannya, Pori mengucapkan banyak terima kasih pada kungkong. Ia
juga meminta maaf atas perbuatannya. Pori juga merasa malu karena telah
menghina maksud baik Kungkong. Kungkong juga meminta maaf kata-katanya telah
menyakiti hati Pori. Mereka tersenyum bahagia. Mulai saat itu Kungkong dan Pori
menjadi sahabat yang sangat erat.
Kecerdikan Menumbuhkan Kebaikan
Di
sebuah gurun pasir, hiduplah ular dan tikus pasir. Sebenarnya ular sangat ingin
memangsa tikus. Sedangkan tikus berusaha mencari akal agar ular tidak lagi
berniat memangsanya. Saat itu ular sangat lapar, padahal ia sedang tidak
mempunyai sedikit pun makanan. Sedangkan tikus yang berada tidak jauh dari ular
sedang asyik melahap makanannya. Ular merasa tidak senang melihat kelakuan
tikus.
“Dengarkan
ucapanku, wahai, tikus yang angkuh! Aku pasti akan mendapatkan tubuhmu yang
mungil dan lezat itu!” teriak ular mengancam tikus.
“Hei, Ular. Berusaha dan bekerjalah. Jangan hanya berani mengancam. Kalau hanya mengancam, seekor semut pun bisa!” ular sangat marah mendengar ejekan tikus. Ia lalu kembali ke sarangnya dengan perut yang lapar. Sedangkan tikus masih lahap dengan makanannya.
“Hei, Ular. Berusaha dan bekerjalah. Jangan hanya berani mengancam. Kalau hanya mengancam, seekor semut pun bisa!” ular sangat marah mendengar ejekan tikus. Ia lalu kembali ke sarangnya dengan perut yang lapar. Sedangkan tikus masih lahap dengan makanannya.
Waktu
terus berjalan, tetapi ular tidak juga menemukan makanan. Ia juga enggan untuk
keluar dari sarangnya. Sementara itu tikus sudah lelap dalam sarangnya. Ular
yang masih dalam keadaan lapar segera mengandap-endap mendekati sarang tikus
meski ia masih sangat kesal terhadap tikus. Dan kini ular telah berada di sisi
tikus yang sedang tidur pulas.
“Hei,
Tikus. Aku sudah berada di sebelahmu dan siap untuk menyantapmu!” kata ular
mengagetkan tikus. Tikus segera terbangun dari tidurnya. Sambil berpura-pura
menguap, ia mulai memutar otak agar bisa lolos dari cengkraman ular.
“Tunggu dulu Ular, sahabatku. Kalau kau ingin memakanku, kau harus berpikir dulu. Kita hanya berdua di sini, tidak ada hewan lain. Jika kau memakanku maka kau akan sendiri. Kau tidak akan mempunyai teman yang dapat kauajak mencari makan. Kalau begitu kau tidak akan makan dan akhirnya kau akan mati!” sejenak ular terdiam. Ia mencoba merenungkan nasehat tikus.
“Jadi kita tidak bisa hidup sendiri?”
“Tentu. Bukankah kita bisa berteman dan tentunya kita dapat mencari makan bersama. Bukankah itu lebih menyenangkan daripada nantinya setelah kau memakanku kau hanya akan hidup sendiri.” Ular mengangguk tanda mengerti.
“Baiklah kalau begitu maafkan aku!” Tikus pun memaafkan ular. Mereka tersenyum bahagia, kemudian beranjak mencari makanan bersama-sama.
“Tunggu dulu Ular, sahabatku. Kalau kau ingin memakanku, kau harus berpikir dulu. Kita hanya berdua di sini, tidak ada hewan lain. Jika kau memakanku maka kau akan sendiri. Kau tidak akan mempunyai teman yang dapat kauajak mencari makan. Kalau begitu kau tidak akan makan dan akhirnya kau akan mati!” sejenak ular terdiam. Ia mencoba merenungkan nasehat tikus.
“Jadi kita tidak bisa hidup sendiri?”
“Tentu. Bukankah kita bisa berteman dan tentunya kita dapat mencari makan bersama. Bukankah itu lebih menyenangkan daripada nantinya setelah kau memakanku kau hanya akan hidup sendiri.” Ular mengangguk tanda mengerti.
“Baiklah kalau begitu maafkan aku!” Tikus pun memaafkan ular. Mereka tersenyum bahagia, kemudian beranjak mencari makanan bersama-sama.
Si Monyet Yang Nakal
Di sebuah hutan, tinggallah seekor monyet yang sangat
nakal dan suka membuat kerusuhan. Dia bernama Moli. Suatu hari Moli sedang
berebut makanan dengan monyet lainnya. Padahal makanan itu bukan milik Moli,
tetapi ia tetap berniat untuk mendapatkannya.
“Hai, Moli. Jangan kau merebut makananku. Kenapa kau suka
mengambil milik orang lain?”
“Biar saja, memangnyatidak boleh.terserah saya, dong!” akhirnya monyet pemilik makanan itu mengalah kemudian monyet itu pulang dan menceritakan sikap Moli kepada warga di hutan. Monyet itu juga menasehati warga hutan agar tidak berteman dengan Moli dan menjauhi Moli yang nakal.
“Biar saja, memangnyatidak boleh.terserah saya, dong!” akhirnya monyet pemilik makanan itu mengalah kemudian monyet itu pulang dan menceritakan sikap Moli kepada warga di hutan. Monyet itu juga menasehati warga hutan agar tidak berteman dengan Moli dan menjauhi Moli yang nakal.
Sejak saat itu Moli merasa kesepian karena tidak ada satu
hewan pun yang mau berteman dengannya. Beberapa hari kemudian Moli bergegas
pergi meninggalkan hutan. Ia berharap dapat memperoleh teman di daerah lain.
Sepanjang jalan Moli sangat murung. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seekor
burung. Burung itu sangat heran meilat kemurungan Moli.
“Hai, teman. Mengapa wajahmu sangat murung?” sapa burung
itu.
“Saya pergi dari huta. Karena semua hewan di huta selalu menganggapku jahil dan suka menang sendiri!” jawab Moli.
“Tidak uash sedih, saya bisa membantumu.” Burung pun menasehati Moli agar tidak mengulangi kesalahannyadan menghindari sifat nakalnya. Tetapi Moli tidak memperdulikan nasehat burung. Moli justru merasa tersinggung, kemudian ia segera pergi meninggalkan tempat itu.
“Saya pergi dari huta. Karena semua hewan di huta selalu menganggapku jahil dan suka menang sendiri!” jawab Moli.
“Tidak uash sedih, saya bisa membantumu.” Burung pun menasehati Moli agar tidak mengulangi kesalahannyadan menghindari sifat nakalnya. Tetapi Moli tidak memperdulikan nasehat burung. Moli justru merasa tersinggung, kemudian ia segera pergi meninggalkan tempat itu.
Sewaktu Moli melanjutkan perjalanan, ia bertemu dengan
monyrt yang pernah diganggunya. Tetapi Moli enggan meminta maaf, ia malah
membuat keributan lagi dengan monyet itu. Mereka pun saling adu mulut hingga
akhirnya terjadi pertengkaran antara mereka. Di tengah pertengkaran yang
kemudian berlanjut pada perkelahian, Moli jatu terpeleset ke jurang yang sangat
dalam. Mulai saat itu tidak terdengar lagi kabar Moli, si monyet yang
nakal.sepeninggal Moli, suasana dalam hutan terasa aman tenteram dan damai.
Oke Sekian Dari Saya Kurang Lebihnya Mohon Maaf Sebesar Besarnya ya!
Tetap Semangat Belajarnya Guys!
Komentar
Posting Komentar